- NasionalKemdiktisaintek Umumkan Penerima Pendanaan Penelitian dan Pengabdian 2025: Dorong Inovasi dan Dampak Nyata untuk Bangsa
- PendidikanPenguatan PTS di Sumut Dimulai: Ditjen Dikti dan LLDikti Wilayah I Gelar Sosialisasi Program Strategis 2025
- HumanioraWORKSHOP BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) ASOSIASI TRAVEL MUSLIM SUMATERA (AMTAS)
- Deli UpdateForum Warga Villa Gading Mas 1 & 3 Bagikan Bingkisan Lebaran untuk Petugas Keamanan dan Kebersihan
- EkonomiMeninjau Asa 8 Persen Prabowonomics, Optimis atau Utopis?
- NasionalMeninjau Isu Gender Sumatera Utara 2024, Sudahkah Setara?
- Deli UpdateBSMI Gelar Layanan Kesehatan Gratis dan Bantu Korban Banjir di Sei Mati
- NasionalPelantikan Pengurus BSMI Sumut
- HumanioraJadi 7,99 persen, Kemiskinan di Sumatera Utara Menurun di Bulan Maret 2024
- HumanioraHBH Syaamil Quran Cabang Medan : Perkuat Komitmen dalam Memerangi Buta AlQuran

Sejarah Kota Medan
Deli Update Online – Sebelum diberi nama kota Medan, kita harus melihat informasi sejarah kota Medan terlebih dahulu. Deli Update berupaya menghimpun data-data mengenai sejarah kota Medan dengan menelusuri beberapa sumber informasi yang bisa dipercaya. Saah satunya kami mengutip dari portal kota Medan
Daftar Isi
ToggleMedan Tanah Deli
Pada masa lampau, Kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli, dengan tanahnya yang luasnya sekitar 4000 Ha, kebanyakan terdiri dari rawa-rawa. Kota Medan dilalui oleh beberapa sungai yang semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai tersebut antara lain Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan, dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

Perkampungan Medan awalnya didirikan oleh seorang tokoh bernama Guru Patimpus, yang lokasinya terletak di Tanah Deli. Sejak zaman penjajahan, orang-orang selalu mengaitkan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Namun, setelah zaman kemerdekaan, istilah “Medan Deli” secara perlahan-lahan mulai tergeser dan akhirnya menjadi kurang populer.
Pada masa lampau, Tanah Deli dulu merujuk pada wilayah yang terbentang mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) hingga Sungai Wampu di Langkat. Meskipun begitu, Kesultanan Deli yang berkuasa pada masa itu tidak menguasai daerah di antara kedua sungai tersebut.
Secara umum, tanah di wilayah Deli terdiri dari berbagai jenis, termasuk tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat, dan tanah merah. Penelitian yang dilakukan oleh Van Hissink pada tahun 1900, yang kemudian diteruskan oleh penelitian Vriens pada tahun 1910, menunjukkan bahwa selain jenis tanah tersebut, juga ditemukan jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat ini memiliki kegunaan khusus, terutama pada masa penjajahan Belanda, di mana daerah yang disebut Bakaran Batu (sekarang dikenal sebagai Medan Tenggara atau Menteng) digunakan untuk pembakaran batu bata berkualitas tinggi. Salah satu pabrik batu bata terkemuka pada masa itu adalah Deli Klei.
Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.
Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.
Kampung Medan dan Tembakau Deli
Pada awalnya, kampung kecil yang bernama “Medan Putri” menjadi titik awal perkembangan Kota Medan. Perkembangan kampung “Medan Putri” dipengaruhi oleh posisinya yang strategis, terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, dekat dengan jalan Putri Hijau saat ini. Sungai-sungai tersebut dahulu merupakan jalur perdagangan yang sibuk, sehingga kampung “Medan Putri” menjadi pusat transit yang vital bagi perdagangan. Hal ini menjadikan kampung tersebut berkembang pesat menjadi sebuah pelabuhan transit yang penting bagi perkembangan kota.
Semakin lama, semakin banyak orang yang datang ke kampung ini. Istri Guru Patimpus, yang mendirikan kampung Medan, melahirkan anak pertamanya, seorang laki-laki yang diberi nama Kolok. Mata pencaharian orang-orang di Kampung Medan yang mereka sebut sebagai Si Sepuluh Dua Kuta adalah bertani dan menanam lada. Tidak lama kemudian, lahirlah anak kedua dari Guru Patimpus, juga seorang laki-laki yang diberi nama Kecik.

Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh.
Informasi tentang keberadaan Kampung Medan diperkuat oleh keterangan yang disampaikan oleh H. Muhammad Said, yang mengutip buku “Deli In Woord en Beeld” yang ditulis oleh N. Ten Cate. Menurut keterangan tersebut, Kampung Medan dahulu merupakan sebuah benteng, dengan sisa-sisa bangunan berupa dinding dua lapis yang berbentuk bundaran yang terletak di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura. Rumah Administrateur, yang merupakan kantor PTP IX Tembakau Deli saat ini, terletak di seberang sungai dari Kampung Medan, di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Wisma Benteng.
Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli.
Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.
Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.
Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.
Jhon Anderson seorang Inggris melakukan kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan antara dua sungai tersebut. Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the East Coast of Sumatera“ (terbitan Edinburg 1826) bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar. Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.
Pesatnya perkembangan Kampung “Medan Putri”, juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.
Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung “Medan Putri”. Dengan demikian “Kampung Medan Putri” menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai “Kota Medan”.
Menurut legenda dari zaman dahulu, dalam Kesultanan Deli yang terletak sekitar 10 km dari Kampung Medan, tepatnya di Deli Tua sekarang, hiduplah seorang Putri yang sangat cantik. Kecantikannya begitu tersohor sehingga ia dikenal sebagai Putri Hijau. Kecantikan Putri ini terkenal di mana-mana, mulai dari Aceh hingga ujung Utara Pulau Jawa.

Sultan Aceh jatuh hati pada Putri Hijau dan mengajukan permohonan untuk menjadikannya permaisurinya. Namun, permintaan Sultan Aceh itu ditolak oleh saudara laki-laki kedua Putri Hijau. Penolakan tersebut membuat Sultan Aceh marah karena dianggap sebagai penghinaan terhadap dirinya. Akibatnya, pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dan Kesultanan Deli.
Legenda Kota Medan
Menurut legenda yang tersebut diatas, dengan menggunakan kekuatan gaib seorang dari saudara Putri hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga akhir hayatnya.
Kesultanan Deli lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena kecewa Putra Mahkota yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian, bagian belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo kira-kira 5 Km dari Kabanjahe.
Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat kedalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur dan permohonan tuan Putri dikabulkan. Tetapi baru saja uapacara dimulai tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat disusul gelombang-gelombang yang sangat tinggi.
Dari dalam laut muncullah abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga itu dan dengan menggunakan rahangnya yang besar itu diambilnya peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut.
Legenda ini samapai sekarang masih terkenal di kalangan masyarakat Deli dan malahan juga dalam masyarakat Melayu di Malaysia.
Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan Benteng dan Puri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedang sisa meriam penjelmaan abang Putri Hijau itu dapat dilihat di halaman Istana Maimun Medan.
Penjajahan Belanda di Tanah Deli
Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih setengah abad namun untuk menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan yang tidak sedikit. Mereka mengalami perang di Jawa dengan pangeran Diponegoro sekitar tahun 1825-1830. Belanda sangat banyak mengalami kerugian sedangkan untuk menguasai Sumatera, Belanda juga berperang melawan Aceh, Minangkabau, dan Sisingamangaraja di daerah Tapanuli.
Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai dari tahun 1864 sampai 1942. Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal Belanda J.Van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun. Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti ditengah jalan karena Menteri Jajahan Belanda waktu itu J.C.Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama perang Paderi ( 1821-1837 ).
Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh gerombolan Inggeris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson. Berhubung pada waktu itu kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta perlindungan pada Belanda. Sejak saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai Kerajaan Siak Sri Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail. Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda mendesak Sultan Ismail untuk menandatangani perjanjian agar daerah taklukan kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur masuk kekuasaan Belanda. Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum secara fisik menguasai Tanah Deli.
Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan kerajaan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung Medan Putri.
Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887,Ibukota Residen Sumatera Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan.
Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen. Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mac Kay. Berdasarkan “Acte van Schenking” (Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir.
Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang.
Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas dibangun. Beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919), sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan – Besitang (1919), Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M. Yamin sekarang (1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan (1924), Pusat Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga (1929).
Secara historis perkembangan Kota Medan, sejak awal telah memposisikan menjadi pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. sedang dijadikannya medan sebagai ibukota deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintah. sampai saat ini disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara.
Kota Medan Masa Penjajahan Jepang
Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu Jepang mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan khusus di Sumatera Jepang mendarat di Sumatera Timur.
Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Singapore, tepatnya mereka mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942. Pasukan ini terdiri dari Divisi Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah dengan Divisi ke-18 dipimpin langsung oleh Letjend. Nishimura. Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni Sabang, Ulele, Kuala Bugak (dekat Peurlak Aceh Timur sekarang) dan Tanjung Tiram (kawasan Batubara sekarang).
Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah yang masuk ke Kota Medan, mereka menaiki sepeda yang mereka beli dari rakyat disekitarnya secara barter. Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena mereka adalah saudara Tua orang-orang Asia sehingga mereka dieluelukan menyambut kedatangannya.
Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau balau, orang pribumi mempergunakan kesempatan ini membalas dendam terhadap orang Belanda. Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan pasukannya yang bernama “ Kempetai “ (Polisi Militer Jepang). Dengan masuknya Jepang di Kota Medan keadaan segera berubah terutama pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda disebut “Gemeente Bestuur “ oleh Jepang dirobah menjadi “Medan Sico“ (Pemerintahan Kotapraja). Yang menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi. Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya heterogen disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima, pembantu Residen disebut dengan Gunseibu.
Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat masyarakat semakin papa, karena dengan kondisi demikianlah menurut mereka semakin mudah menguasai seluruh Nusantara, semboyan saudara Tua hanyalah semboyan saja. Disebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif. Dikawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang.
Kota Medan Menyambut Kemerdekaan Republik Indonesia
Dimana-mana diseluruh Indonesia menjelang tahun 1945 bergema persiapan Proklamasi demikian juga di Kota Medan tidak ketinggalan para tokoh pemudanya melakukan berbagai macam persiapan. Mereka mendengar bahwa bom atom telah jatuh melanda Kota Hiroshima, berarti kekuatan Jepang sudah lumpuh. Sedangkan tentara sekutu berhasrat kembali untuk menduduki Indonesia.
Khususnya di kawasan kota Medan dan sekitarnya, ketika penguasa Jepang menyadari kekalahannya segera menghentikan segala kegiatannya, terutama yang berhubungan dengan pembinaan dan pengerahan pemuda. Apa yang selama ini mereka lakukan untuk merekrut massa pemuda seperti Heiho, Romusha, Gyu Gun dan Talapeta mereka bubarkan atau kembali kepada masyarakat. Secara resmi kegiatan ini dibubarkan pada tanggal 20 Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang di Sumatera Timur yang disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan Jepang. Beliau juga menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka dibekas pendudukan untuk menjaga status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu. Sebagian besar anggota pasukan bekas Heiho, Romusha, Talapeta dan latihan Gyu Gun merasa bingung karena kehidupan mereka terhimpit dimana mereka hanya diberikan uang saku yang terbatas, sehingga mereka kelihatan berlalu lalang dengan seragam coklat di tengah kota.
Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian mengambil inisiatif untuk menanggulanginya. Terutama bekas perwira Gyu Gun diantaranya Letnan Achmad Tahir mendirikan suatu kepanitiaan untuk menanggulangi para bekas Heiho, Romusha yang famili/saudaranya tidak ada di kota Medan. Panitia ini dinamai dengan “Panitia Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun“ yang berkantor di Jl. Istana No.17 (Gedung Pemuda sekarang).
Tanggal 17 Agustus 1945 gema kemerdekaan telah sampai ke kota Medan walupun dengan agak tersendat-sendat karena keadaan komunikasi pada waktu itu sangat sederhana sekali. Kantor Berita Jepang “Domei” sudah ada perwakilannya di Medan namun mereka tidak mau menyiarkan berita kemerdekaan tersebut, akibatnya masyarakat tambah bingung.
Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di kota Medan dan berkantor di Hotel De Boer (sekarang Hotel Dharma Deli). Tugasnya adalah mempersiapkan pengambilalihan kekuasaan dari Jepang. Pada ketika itu pula tentara Belanda yang dipimpin oleh Westerling didampingi perwira penghubung sekutu bernama Mayor Yacobs dan Letnan Brondgeest berhasil membentuk kepolisian Belanda untuk kawasan Sumatera Timur yang anggotanya diambil dari eks KNIL dan Polisi Jepang yang pro Belanda.
Akhirnya dengan perjalanan yang berliku-liku para pemuda mengadakan berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia demikian juga di kota Medan yang menjadi bagiannya. Mereka itu adalah Achmad Tahir, Amir Bachrum Nasution, Edisaputra, Rustam Efendy, Gazali Ibrahim, Roos Lila, A.malik Munir, Bahrum Djamil, Marzuki Lubis dan Muhammad Kasim Jusni.
Sumber Informasi:
Buku Kota Medan Pintu Gerbang (Bappeda)
Buku Monografi Kota Medan (Bappeda)
Buku Medan Selayang Pandang
Muhammad Nasir AR
29 Apr 2025
Deli Update Online, Medan – Kamis (24/4), Asosiasi Muslim Travel Sumatera (AMTAS) mengadakan kegiatan Workshop Bimtek di Hotel Madani Medan yang diikuti oleh beberapa Travel Umroh sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umroh (PPIU) di Sumatera Utara. Drs. Muhammad Nasir Mahmud, MBA selaku ketua AMTAS mengungkapkan Bimtek yang berlangsung saat ini meliputi tentang Pengurusan Ijin PPIU baru, …
Admin
28 Mar 2025
Deli Update Online, Medan, Jumat (28/3) – Dalam suasana penuh kebersamaan dan kepedulian, Forum Warga Villa Gading Mas 1 & 3 menggelar acara Pembagian Bingkisan Lebaran untuk petugas keamanan dan kebersihan komplek. Acara ini berlangsung pada hari Jumat, 28 Maret 2025, pukul 10.00 WIB, di Pos Keamanan 2 (Jl. Cengkeh). Ketua Komplek, Masitah Sebayang, dalam …
Jurnalis Deliupdate
02 Jan 2025
Deli Update Online, Medan – Kamis (2/01), Presiden Prabowo dalam visinya, yang dikenal dengan Prabowonomics, telah menetapkan target ambisius untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen.Target tersebut telah menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan, mulai dari pengamat ekonom hingga masyarakat umum. Namun, ambisi ini perlu dikritisi sebab di tengah berbagai kondisi global serta domestik, …
Jurnalis Deliupdate
31 Dec 2024
Deli Update Online, Medan – Selasa (30/12), Pada Agustus lalu, bangsa kita merayakan 79 tahun kemerdekaannya. Namun, pertanyaan penting yang perlu kita renungkan adalah: apakah kita telah merasakan kemerdekaan tersebut ? Nyatanya masih cukup banyak aspek yang masih membutuhkan perhatian lebih lanjut, salah satunya isu kesetaraan gender. Hal itu penting untuk ditindaklanjuti karena merupakan salah …
Jurnalis Deliupdate
30 Jul 2024
Deli Update Online, Medan – Selasa (30/7), Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara merilis angka kemiskinan pada 1 Juli 2024 yang lalu. Diketahui bahwa selama 10 tahun terakhir, jumlah penduduk miskin berkurang 236 ribu orang. Hal ini terlihat dari data bahwa orang miskin di Sumatera Utara pada bulan Maret 2015 sebanyak 1,464 juta orang, …
Ari Usman Chaniago
04 May 2024
Deli Update Online, Medan – Sabtu (4/5), suasana haru dan hangat menyelimuti Aula Mie Ayam Jamur Mahmud. Kehadiran Bapak Dedi Wahyudi, Head Office PT Syaamil Duta Qurani, menjadi sorotan utama dalam acara Halal Bi Halal yang diselenggarakan oleh Syaamil Quran Cabang Medan, Sumatera Utara. Di tengah keramaian, para relawan Syaamil Quran yang akrab disapa sebagai …
18 Apr 2024 552 views
Deli Update Online – Informasi penting bagi pejuang pencari kerja. PT Kereta Api Indonesia (Persero) sedang membuka rekrutmen untuk posisi Management Trainee.Salah satu syarat utamanya adalah memiliki ijazah S1 dengan jurusan sesuai kebutuhan perusahaan. Adapun IPK minimal adalah 3,5 dan akreditasi jurusan/program studi saat tanggal kelulusan minimal ‘Unggul (A)’ dari BAN-PT atau lembaga yang berwenang. …
26 Apr 2024 545 views
Medan, Deli Update Online – Dunia pendidikan di Indonesia kembali dihebohkan dengan prestasi gemilang yang diraih oleh seorang akademisi muda, Prof. Dr. apt. Nerdy, S.Farm., M.Si. Lahir di Medan pada tanggal 19 Juni 1990, Prof. Nerdy baru-baru ini memperoleh gelar Profesor, menjadikannya salah satu Profesor termuda di bidang Farmasi di Tanah Air. Tepat di tanggal …
22 Apr 2024 545 views
Deli Update Online – Sosok kali ini sering terdengar di telinga kita apalagi orang yang mengaku kelahiran Kota Medan Sumatera Utara. Karena sosok ini yaitu keturunan Tiongkok yang sukses untuk membesarkan kota Medan. Beliau diberi nama Tjong A Fie yang dikenal sebagai Sang Kapiten Dermawan yang Membangun Medan. Berikut ulasan Tjong A Fie yang dirngkum …
29 Apr 2024 512 views
Deli Update Online – Link streaming RCTI yang menyiarkan laga semifinal Piala Asia U-23 2024 antara Timnas Indonesia U-23 vs Uzbekistan, Senin 29 April 2024. Pertandingan Indonesia vs Uzbekistan akan dimulai pada pukul 21.00 malam WIB. Timnas Indonesia U-23 berhasil melaju ke semifinal Piala Asia U-23 2024 dengan penampilan yang mengesankan. Garuda Muda meraih kemenangan …
08 Apr 2024 473 views
Deli Update Online – Komunitas Saladin Youth Generation adalah tempat berkumpulnya remaja Muslim yang aktif dalam memonitor kegiatan positif. Terdiri dari anggota yang berasal dari berbagai sekolah, mereka mengadakan beragam kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat seperti mentoring mingguan, refleksi alam, perkemahan keagamaan, nonton bersama, dan makan bersama. Pada Bulan Ramadan, komunitas ini juga turut serta …
18 Apr 2024 450 views
Deli Update Online – Akun Instagram Federasi Sepak Bola Qatar (QFA) kebanjiran komentar dari netizen Indonesia setelah laga Piala Asia U-23 2024.Timnas Indonesia U-23 menjalani laga pertama di Piala Asia U-23 melawan Qatar yang berstatus sebagai tuan rumah. Hasil akhir menunjukkan skor 2-0 untuk Qatar. Deretan kontroversi dalam laga tersebut, seperti keputusan wasit dan tingkah …
18 Apr 2024 389 views
Deli Update Online – Bobby Nasution, Wali Kota Medan, menyatakan niatnya untuk mengambil formulir sebagai bakal calon gubernur Sumatera Utara (Sumut). Dia menyatakan keinginannya untuk mendaftar di semua partai politik, termasuk PDIP, meskipun partai tersebut sebelumnya telah mengesampingkannya. “Ya nanti kita Insyaallah ambil formulirnya. Ya formulirnya itu untuk kita daftarkan pasti kita mencoba dari semua …
22 Apr 2024 385 views
Deli Update Online – Berdasarkan pantauan tim Deli Update Online pada tangal 22 April 2024 di laman Sinta Ristekdikti terdapat 10 top afiliasi teratas berdasarkan Scopus. Apa itu Sinta Ristekdikti? Melihat dari situsnya langsung Sinta atau akronim dari kata Science and Technology Index, memberikan akses terhadap sitasi dan kepakaran di Indonesia. Sistem informasi penelitian berbasis …
09 Apr 2024 349 views
Deli Update Online – Untuk memastikan keamanan dan kenyamanan selama angkutan Lebaran 2024, PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional I Sumatera Utara (Divre I Sumut) telah melaksanakan tes urine narkoba secara acak terhadap beberapa petugas awak sarana perkeretaapian (ASP) pada Senin (8/4). Anwar Solikhin, Manager Humas PT KAI Divre I Sumut, menjelaskan bahwa sebanyak 15 petugas ASP …
25 Apr 2024 327 views
Deli Update Online – Ketegangan antara Iran dan Israel terus meningkat dengan saling serang antara kedua negara, yang dimulai ketika Israel menyerbu Konsulat Iran di Damaskus pada awal bulan ini, 1 April. Baru-baru ini, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengancam akan “melenyapkan” Israel jika negara tersebut mencoba menyerang Teheran lagi. Ancaman ini disampaikannya saat kunjungan ke …
Comments are not available at the moment.